Kamis, 03 November 2011

Tulisan 4 (Ekonomi Koperasi)

Pernahkah kita sejenak merenung, memikirkan dan memilah tentang segala hal yang bisa kita lalukan sendiri ataupun dengan orang lain? Lantas semua kegiatan itu kita jumlahkan.. Tentu hasil akan lebih banyak dengan orang lain. Memang benar. Didalam kehidupan ini, kegiatan berbagi tak pernah lepas dari diri kita. Selalu ada saat-saat berbagi dengan yang lain. Entah berbagi waktu, tenaga, kesempatan atau berbagi ruang. Bahkan saat kita berada dalam kandungan Ibunda tercinta, kita telah meminta bagian ruang dari tubuh Bunda kita. Memaksanya untuk membagi waktu, tenaga dan pikiran sampai saat kita bisa mandiri pun, kita tetap memiliki bagian dari apa yang telah Beliau miliki.Subhanallah…
Sebenarnya sejak dari dulu kita telah melakukan kegiatan berbagi dengan orang lain. Saat kita kecil, kita selalu bermain dengan teman-teman kita, berbagi mainan berbagi ruang dan bahkan berbagi teman pasangan. Saat kita remaja, sudah mengenal kata belajar berkelompok, kita saling berbagi waktu dan tempat, bahkan kita berbagi pikiran saat memecahkan persoalan dan tugas yang diberikan Guru. Menginjak dewasa, kita menemukan pasangan hidup kita, kita pun membaginya dengan orang yang kita kasihi. Membagi sebagian hidup kiita dengannya, membagi suka dan duka, membagi tempat yang menaungi kita hingga ranjang yang kita gunakan untuk melepaskan segala beban dan kepenatan untuk beristirahat.. Sungguh indah jika kita bisa meruntut apa yang telah kita dapatkan dan apa yang telah kita bagikan dengan orang lain.
Di dunia para blogger pun, berbagi menjadi satu kegiatan yang diutamakan. Bisa kita lihat dari wahana-wahana yang ada seperti IBSN, atau lewat tulisan-tulisan anggotanya seperti mas cahyo, mas nug, atau mas iyan, juga yang lainnya.. Dengan semangat untuk berbagi dan saling mengunjungi, membuat satu ikatan persaudaraan yang semakin mengental hanya untuk satu tujuan mulia, berbagi demi kemajuan.. Subhanallah..
Ingatlah, hidup di dunia ini hanyalah sementara, sekedar mampir ngombe. Sesaat kita berada diatas dengan segala harta yang bergelimang, namun sesaat kemudian bisa saja kita berada dibawah. Sebagian dari apa yang kita miliki bukanlah menjadi hak kita sepenuhnya. Karenanya, bagikan kepada mereka yang membutuhkan dan kepada yang berhak. Lewat pajak, lewat zakat, juga lewat penyisihan secara berkala melalui program bantuan kepada orang lain.
Saat ini memang sedang marak dengan kampanye, segala atribut dan yang lainnya.. Banyak janji-janji yang dilontarkan. Bahkan segala propaganda telah dilancarkan demi suksesnya PEMILU tanggal 9 April mendatang. Tapi segala hal yang berkaitan dengan janji-janji berbagi para caleg dan partai itu, aku sendiri kurang begitu yakin. Biasanya orang akan mengobral janji untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, tapi saat semua keinginan telah tergenggam dan terwujud nyata, kealpaan dan kekhilafan sering menemani langkah-langkah mereka sehingga lupa saat mereka membagikan janji-janji.
Maaf, jika tulisan ini dianggap takabur.. Bukan porsiku untuk menasehati ataupun memberikan ceramah. Memang aku mencoba untuk menjadi lebih baik.. Tapi disini maupun disana aku hanya ingin mengajak, bahwa diluar sana, begitu banyak orang yang membutuhkan haknya, membutuhkan uluran tangan kita. Jika niat kita adalah memberikan sebagian dari apa yang telah kita miliki atau memberikan zakat untuk membersihkan seluruh harta kita, kita haruslah ikhlas.. Jangan lantas berusaha mencari detail penggunaan dari apa yang telah kita berikan.
Sesaat yang lalu kita sempat dikejutkan dengan Tragedi Situ Gintung.. Sebuah musibah yang merenggut banyak korban nyawa hingga harta. Menguras segala keprihatinan kita ditengah maraknya kancah politik dan berebut kursi kedudukan. Bisa kita lihat dari para pejabat yang saling berkilah membela diri saat diminta pertanggungjawaban atas apa yang telah terjadi. Bukankah sekarang saatnya para caleg itu mewujudkan segala aspirasi yang mereka miliki dengan memberikan uluran tangan mereka untuk membantu para korban Situ Gintung. Dengan alasan “sudah ditangani pihak yang lebih berwenang”, tidak sepatutnya menyurutkan langkah untuk membantu dan membagi hak mereka yang [mungkin] telah kita rampas. Tragedi Situ Gintung bisa jadi merupakan satu protes dari alam yang selalu membagikan kebaikan bagi manusia tetapi tidak pernah ada balance dan imbal balik dari manusia itu sendiri. Berbagi bukan hanya dengan manusia, tapi juga dengan alam sekitar, karena semua itu adalah sama ciptaan Allah SWT.
Airmata yang kini mengucur deras diwajah mereka, duka yang mendalam, perih dan hancurnya asa yang telah terenggut dalam sesaat.. menorehkan catatan keprihatinan yang semestinya kita tindaklanjuti..
Selayaknya kita saling berbagi, demi mereka yang memerlukan. Maukah dan mampukan kita, untuk memulai dari sekarang, dari titik menuju awal perubahan ini, untuk saling melaksanakan semboyan“Indahnya Berbagi”.. Semoga jika Anda mau melaksanakannya, itu berdasarkan keikhlasan dan kesadaran hati, bukan karena pamrih dan dengan embel-embel yang lainnya…
Alangkah indah hidup ini, jika kita selalu membagi dengan orang-orang yang kita kasihi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar