Assalamu’alaikum Wr. Wb,
Alhamdulillah, alhamdulillahirabbil’alamin wabihinasta’in ‘alaa ummuddunnya waddin wassalatu wassalamu ‘alaa ashrofil ambiya i walmursalin saidina muhammadin wa’ala alihi wasohbihi ajma’in amaa ba’du.
Pertama-tama marilah kita panjatkan dengan kerandahan hati dan keikhlasan yang mendalam, puji dan syukur kehadirat ilahi, dengan penuh kesadaran bahwa Dia telah membalas dosa-dosa yang telah banyak kita lakukan dengan karunia nikmat yang jauh lebih banyak lagi ... Shalawat dan salam semoga dicurahkan-Nya pada junjungan kita, nabi besar panutan orang-orang beriman : Muhammad saw;tentu saja beserta keluarganya. Pada ceramah kali ini , saya akan menyampaikan tentang Teman Yang Abadi.
Allah berfirman dalam surat Al-Kahfi ayat 103-104 yang artinya:
Katakanlah : “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya”.
Dikisahkan, pada suatu hari Juha berangkat ke pasar mengendarai keledainya. Sesampainya di pasar, ditambatkannya keledainya itu dengan seutas tali. Tanpa ia ketahui, di belakangnya ada dua orang pencuri. Begitu Juha masuk ke pasar, salah seorang diantara mereka mengambil keledainya dan mengikatkan talinya ke leher temannya. Mendapatkan keledainya hilang, tentu saja Juha panik. Apalagi dilihatnya ada orang yang tidak dikenalinya terikat tali keledainya. “Siapa Anda?”tanya Juha. Orang itu dengan wajah sedih dan malu berkata, “Saya ini adalah keledai yang bapak miliki. Dahulu saya durhaka terhadap orang tua. Saya diubah Tuhan menjadi keledai. Hari ini rupanya orang tua saya telah memaafkan saya. Dan, Tuhan mengembalikan saya kepada bentuk semula.”. Juha telah iba. Ia melepaskan orang itu. Sambil memberi uang untuk bekal pulang, ia memberi nasihat, “Jadikan kehidupan yang lalu sebagai pelajaran berharga. Jangan sekali-kali menyakiti hati orang tua!”. Keesokan harinya Juha ke pasar lagi. Ia terkejut, seorang tak dikenalinya sedang menawarkan keledainya. Juha, yang telah memiliki keledai itu bertahun-tahun, tentu saja mengenal dengan baik. Segera saja ia mendekati keledainya, dan berbisik di telinganya, “Sudah kuperingatkan kamu jangan durhaka kepada orang tua. Baru satu hari aku bebaskan, kamu sudah melakukan dosa yang sama. Sekarang rasakan saja hukuman kamu!” Juha pergi sambil menggeleng-gelekan kepalanya. Inilah suatu contoh orang yang paling rugi, yaitu orang yang merasa dirinya benar padahal sebenarnya keliru. Ia tidak tahu kalau dirinya sebenarnya tidak tahu.
Para hadiri hamba Allah yang berbahagia, ada kejadian yang lebih fatal ketimbang apa yang diceritakan tadi, yaitu masalah kematian. Banyak orang yang acuh tak acuh terhadap kematian, padahal inilah satu-satunya kepastian yang akan dialami oleh manusia. Tidak ada sesuatu yang lebih pasti yang akan menimpa manusia selain kematian. Sudah cukupkah pengertian kita mengenai kematian ?. Sayidina Ali pernah meriwayatkan, bahwa begitu seseorang meninggal dunia, ketika jenazahnya masih terbujur, diadakanlah “upacara perpisahan”di dalam ruh. Pertama-tama ruh mayit dihadapkan kepada seluruh kekayaannya yang dia miliki. Kemudian terjadi dialog antara keduanya. Mayit itu berkata kepada seluruh kekayaannya, “Dahulu aku bekerja keras untuk mengumpulkan kamu, sehingga aku lalai dan lupa untuk mengabdi kepada Allah, bahkan sampai aku tidak mau tahu mana yang benar dan mana yang salah. Sekarang, apa yang akan kamu berikan sebagai bekal dalam perjalananku ini.” Harta kekayaan itu pun berkata, “Ambillah dariku hanya untuk kain kafanmu.”[Jadi hanya kain kafanlah harta yang dapat dibawa untuk bekal perjalanan selanjutnya (!)]. Sesudah itu si mayit dihadapkan kepada seluruh keluarganya (anak-anaknya, suami atau istrinya), lalu si mayit berkata, “Dahulu aku mencintai kalian, menjaga dan merawat kalian dengan sepenuh hatiku. Begitu susah payah aku mengurus diri kalian, sampai aku lupa mengurus diriku sendiri. Sekarang apa yang kalian mau bekalkan kepadaku pada perjalanan menuju Allah ini?” Keluarganya menjawab, “Kami antarkan kamu sampai ke kuburan.” Setelah itu si mayit akan di jemput oleh makhluk jelmaan amalnya. Kalau selama hidup ia banyak beramal saleh, maka dia akan dijemput oleh makhluk yang berwajah ceria dengan memancarkan cahaya dan aroma semerbak, yang jika dipandang akan menimbulkan kenikmatan yang tiada taranya. Sebaliknya, bila waktu hidup sering membangkang pada perintah Allah dan Rasul-Nya, maka si mayit akan dijemput oleh makhluk yang menakutkan, dengan bau yang teramat busuk. Makhluk jelmaan itu lalu mengajak si mayit pergi. Bertanyalah si mayit, “Siapakah Anda ini sebenarnya? Saya tidak kenal dengan Anda.”Makhluk itu kemudian menjawab,“Akulah jelmaan amal kamu sewaktu hidup, dan aku akan selalu menemanimu dalam menempuh perjalanan panjang menuju ilahi.”
Para hadirin khalifah Allah yang berbahagia, marilah kita renungkan kisah ini. Perjalanan kelak, akan ditemani oleh seorang “teman abadi” yang sebenarnya kita “pilih” sendiri. Alangkah bahagianya bila “teman” ini menyenangkan, dan alangkah malangnya bila perjalanan jauh yang seolah-olah tak berujung ini, ditemani “teman” yang selalu membuat kita sengsara. Apalagi Rasulullah saw. Telah memberitahukan kepada kita semua sesungguhnya kubur adalah permulaan dari tempat-tempat akhirat. Kalau pemiliknya selamat darinya, maka apa yang ada sesudah itu lebih mudah baginya. Kalau pemiliknya tidak selamat darinya, maka apa yang ada sesudahnya adalah akan lebih berat lagi.”
Demikianlah yang dapat disampaikan pada kesempatan ini, mudah-mudahan hal ini dapat menjadi pemicu bagi kita untuk selalu menimba ilmu agar kita tidak termasuk golongan orang yang tidak tahu kalau dirinya tidak tahu. Apalagi nabi kita yang mulia pernah bersabda, “kebinasaan umatku ada didalam dua hal, yaitu meninggalkan ilmu dan mengumpulkan harta!”
Kurang lebihnya mohon dapat dimaklumi dan dimaafkan.
Ballahi taufiq walhidayah, wassalamu’alaikum Wr. Wb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar